An imperfect moment of peace

Last week was hectic. I was left wondering whether I’d be reduced to stealing minutes of writing time by dashing off a few sentences in the lift on the way to a meeting. By the end of it all, all I’m…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Netnografi pada Brand Keripik RIKI

Dalam hal mengetahui apa yang dipikirkan konsumen terhadap brand dan bagaimana konsumen menanggapi respon dan effort yang telah dilakukan oleh perusahaan Keripik RIKI, maka pada kesempatan kali ini kita akan membahas sebuah metode brand exploratory yang bernama netnografi, yaitu internet, network, etnografi. Dimana metode ini digunakan agar penulis dapat mengetahui apa saja yang dipikirkan dan diterima oleh konsumen Keripik RIKI maupun masyarakat secara luas dari internet.

Pada praktiknya, penulis menggunakan sumber Consumer-owned Touchpoints, dimana konsumen yang memiliki kontrol penuh terhadap opini dan bebas mengekspresikan apa yang ingin ditulisnya, hal ini membuat data yang didapatkan bersifat lebih jujur dan benar-benar berasal dari sudut pandang konsumen tanpa adanya kontrol dari pihak lain. Channel yang dipilih oleh penulis yaitu Twitter, karena Twitter adalah platform media sosial yang akrab digunakan oleh orang-orang untuk mencurahkan apa yang mereka pikirkan, bersifat bebas, real-time, cepat, gratis dan fleksibel. Twitter juga media sosial yang tidak memiliki batasan, tidak ada batasan geografis, tidak ada batasan percakapan, dan tidak ada batasan waktu. Namun pengguna harus menyampaikan pesan mereka dalam 280 karakter atau kurang, maka Twitter pun lebih bersifat singkat namun fleksibel karena walaupun kita merasa karakter tersebut kurang untuk mencurahkan isi pikiran kita, kita dapat menambahkan thread di bawahnya. Selain itu, konsumen pun bebas berinteraksi dengan membuat reply, like, atau retweet, yang dapat dilihat, begitu pun dengan jumlah followers. Berinteraksi dengan followers atau non-followers, dan dapat dilihat jumlah interaksinya oleh pengguna lain tentunya juga menjadi pertimbangan untuk menggunakan sosial media Twitter.

Alasan mengapa penulis tidak mengambil dari sumber lain adalah karena Keripik RIKI belum memiliki Google Review pada Google Maps sehingga tentu saja kita tidak bisa mencari data review disini, selain itu pada akun Instagram @keripikriki belum terdapat komentar aktif dari konsumen dikarenakan baru aktif, dan meskipun sudah terdapat beberapa individu yang menulis review pada blog pribadi maupun vlog di YouTube, namun hal tersebut kurang explorable karena tidak merepresentasikan brand secara luas karena terbatasnya jumlah opini konsumen. Jika kita melihat review pada blog pribadi, dapat dilihat bahwa hal yang direview pun condong pada hal yang bersifat general seperti rasa, kerenyahan, kepedasan, packaging yang digunakan, dan harga yang dimiliki. Namun karena pada kesempatan ini penulis ingin menganalisis pengalaman menyenangkan dan kurang menyenangkan secara keseluruhan yang dirasakan konsumen pada brand ini, maka penulis pun memutuskan untuk mencari pada tab pencarian Twitter, dan hasilnya sangat explorable. Walaupun data yang didapatkan bukan benar-benar berupa review yang panjang dan membahas detail seperti cita rasa dan lainnya, namun hanya ternyata cuitan singkat tentang brand yang kita bahas kali ini, tetapi semoga dapat memberikan kita titik terang.

Pada bisnis food and beverage waktu yang dilalui singkat untuk situasi yang dihadapi berubah, apalagi karena adanya pandemi ini, maka cukup besar perubahan yang dirasakan oleh sektor ini. Maka dari itu, time frame yang digunakan adalah 2020, karena setahun belakangan ini cukup relevan dengan walaupun dengan kondisi COVID-19 mulai menyebar di Indonesia pada bulan Maret 2020.

Setelah mendapatkan tweet yang sangat beragam baik dari konsumen maupun masyarakat luas, penulis pun mengidentifikasikan poin kunci dan masalah utama dari merek Keripik RIKI diantaranya:

Penemuan pertama yang kali ini kita bahas adalah awareness masyarakat yang nampaknya masih sangat rendah terhadap Keripik RIKI. Dimana masih terdapat ketidaktahuan yang besar di tengah masyarakat terhadap brand Keripik RIKI, atau dapat kita temukan dalam Brand Loyalty Pyramid, yaitu level terendah pada piramida yaitu Unaware of Brand. Banyak yang bertanya tentang Keripik RIKI itu apa dan bagaimana bentuknya, penulis sendiri menduga 2 kemungkinan, bisa jadi pengguna Twitter bukan berasal dari Bandung dan sekitarnya, atau mereka adalah orang Bandung yang memang tidak mengetahui eksistensi Keripik RIKI. Dari penemuan kali ini, Keripik RIKI direkomendasikan untuk melakukan kolaborasi atau endorsement melalui influencer yang hits di kalangan anak muda Indonesia, atau melakukan sebuah campaign media sosial dengan mengikuti trend dan isu terkini. Selain itu penggunaan maksimal Instagram ads direkomendasikan untuk memasarkan produk-produknya.

Mungkin sebagian dari pembaca memiliki satu makanan comfort food di dalam pikiran yang mengingatkan akan peristiwa atau pengalaman zaman dahulu yang membekas. Begitu pula dengan Keripik RIKI rupanya menjadi ajang untuk mengingat pengalaman yang membekas, atau peristiwa menghangatkan bagi sebagian orang. Hal ini tentunya dapat menjadi kesempatan Keripik RIKI untuk meningkatkan kegiatan brand communicationnya dengan menggunakan lebih banyak branding strategies yang membuat kesan bahwa Keripik RIKI telah menjadi ‘teman’ bagi konsumen dari ketika mereka masih kecil hingga sekarang. Dapat dihubungkan pula dengan hal-hal yang lebih personal seperti pengalaman pulang sekolah dan jajan di warung, ketika bermain sore hari dengan teman komplek ditemani keripik atau dengan teman sekolah, izin ke WC saat kelas padahal beli keripik RIKI, atau pada saat tarawih mencuri-curi kesempatan untuk makan keripik saat ustadz memberikan ceramah. Brand strategies ini bisa dibungkus menjadi media interaktif dengan story atau games di Instagram, atau dibuat konten.

Keripik RIKI sebagai guilty pleasure

Fakta unik lain yang didapat, ternyata konsumen menganggap Keripik RIKI sebagai guilty pleasure, yaitu dapat memberikan kesenangan dan kenikmatan, namun dengan diikuti perasaan bersalah setelah mengkonsumsinya. Perasaan bersalah dapat didapatkan karena mengonsumsi terlalu banyak, kepedasan yang diluar kemampuan sebagian konsumen hingga menyebabkan sakit perut, mengkonsumsi dengan tidak memperhatikan aspek kesehatan — tidak makan terlebih dahulu, dan isu bahwasannya keripik merek RIKI memakai balsem sebagai penambah rasa pedas. Hal ini dapat menjadi pertimbangan apakah akan membuat level yang tidak terlalu pedas. Membuat campaign yang lucu di TikTok atau Instagram seperti “Melatih mental kok OSPEK? Melatih mental tuh makan Keripik RIKI, tapi lupa beli minum” seperti yang pernah menjadi trending kemarin di sosial media, agar orang yang memang suka pedas menjadi tertantang dan penasaran sepedas apa sih, produk Keripik RIKI ini. Selain itu membuat konten di Instagram bahwa Keripik RIKI aman tanpa adanya balsem yang diisukan dan hal itu merupakan berita palsu, sedangkan Keripik RIKI sendiri sudah memiliki izin BPOM maka dengan itu terbukti aman untuk dikonsumsi. Hal lain, konten di Instagram dapat dikembangkan dari isu-isu ini, contohnya tips agar meredakan mulas dan perut panas pasca mengkonsumsi pedas, atau peringatan bahwa perut harus diisi terlebih dahulu sebelum mengkonsumsinya.

Aksesibilitas Keripik RIKI

Hal menarik lain yang bisa menjadi evaluasi, masih banyak konsumen yang bingung akan tersedianya channel distribusi Keripik RIKI, karena masih merasa bahwa brand ini tradisional dan old-dated, dan hanya dapat dibeli di warung-warung saja. Aksesibilitas yang dinilai kurang karena lokasi cukup sulit untuk dijangkau dari lokasi lainnya melalui sistem transportasi, dan bahkan banyak yang tidak mengetahui alamat persisnya. Perusahaan yang ingin memanfaatkan dan melebarkan sayap kepada target market anak muda maka harus mempertimbangkan hal ini, media sosial yang banyak digunakan oleh anak muda selain Instagram adalah Twitter, mempunyai media sosial Twitter rupanya akan mempermudah aksesibilitas dengan cara mengadakan media interaktif sebagai customer service, untuk memberitahu dimana bisa mendapatkan produk RIKI, seperti “Hai kak Annisa, kakak bisa langsung ke Pawon RIKI yang beralamat di Jalan Kademangan, Cimahi, ya. Selain itu kakak juga bisa mendapatkan produk kami di Shopee dan Tokopedia, jadi jangan khawatir ya.” Selain itu perusahaan bisa mempertimbangkan untuk membuka Keripik RIKI di Gojek dan Grab untuk mempermudah akses konsumen dalam kota yang ingin membeli, namun malas untuk pergi ke lokasi apalagi dengan kondisi adanya pandemi COVID-19 ini. Diketahui Keripik RIKI pun belum memiliki Google Maps dan Review, membuat lokasi di Google Maps akan mempermudah konsumen untuk mencari alamat lengkap Pawon RIKI dan melihat review yang diberikan konsumen, apalagi seperti yang dibahas sebelumnya pada Brand Touchpoint, Keripik RIKI sudah memiliki fasilitas yang lengkap.

Konsumen yang puas terhadap rasa dan kualitas Keripik RIKI dan telah menjadi loyal customer juga dapat kita temui disini. Ketika akun Twitter komunitas @infobdg membagikan gambar tentang brand lain dengan tagar #infoBDGkuliner, namun ternyata para pecinta Keripik RIKI muncul dan mereka pun membandingkannya terhadap Keripik RIKI yang menurut mereka lebih enak dan lebih cocok dengan preferensi mereka. Hal ini membuat free marketing dari sisi konsumen karena mungkin tidak sedikit yang meng-scroll dan membaca replies @infobdg, yang memiliki pengikut hingga 2,5 juta pengguna Twitter, dan dapat diperkirakan merupakan orang Bandung / pernah tinggal di Bandung. Cara yang dapat dimanfaatkan oleh Keripik RIKI adalah dengan menghubungi konsumen untuk memberikan opini dan testimoni positif yang mereka rasakan lalu membuat hal tersebut menjadi konten agar memperkuat branding, misalnya di sorotan Instagram atau feedsnya.

Selain itu, ternyata didapatkan fakta bahwa konsistensi menjadi salah satu faktor yang harus diperhatikan disini, banyak konsumen yang membandingkan produk Keripik RIKI baik dari perbedaan ukuran kemasan yang dijual, maupun kepedasan keripik yang dinilai lebih pedas pada zaman dahulu. Selain itu juga ada yang berkomentar jika adanya perbedaan ketebalan keripik, dan tekstur dimana terdapat minyak dan kadang bahkan ada yang kering. Memberikan media interaktif seperti QnA di media sosial Instagram dengan menanyakan apakah Keripik RIKI berbeda, dan apakah konsumen sering merasakan perbedaan yang terjadi. Jika telah mendapatkan hasilnya dan terbukti berbeda, maka lebih baik untuk mengkonfirmasi hal tersebut di feeds Instagram mengapa hal itu terjadi dan kedepannya Keripik RIKI akan berkomitmen untuk menjaga cita rasa yang konsisten.

Dengan mengetahui permasalahan-permasalahan yang didapatkan dari hasil netnografi pada media sosial Twitter, maka penulis dapat mengetahui isu apa saja baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan terhadap brand ini. Selain itu penulis memberikan beberapa rekomendasi singkat yang dapat menjadi pertimbangan dan evaluasi bagi perusahaan yang terkait.

Referensi:

Add a comment

Related posts:

The Language of Illness

When a person becomes ill, they are treated differently by others, due probably to the fact that their disease or illness provides an unwelcome reminder of their certain mortality.

O que te emociona?

Eu costumo ter dificuldade ao identificar esses pontos. Às vezes até soa que não sou bom em nada. O impostor interno fala mais alto e abafa a minha essência e a minha expressão. O que tem me ajudado…

Get This PDF For Free In The Next 24 Hours!

If you have not READ IT AND NEED IT ASAP, now is the time to do so as we are giving away a $6 (USD) PDF book for free to the lucky individuals who will visit our site and DOWNLOAD IT! Click the FREE…